1. Pengertian Limbah
Menurut Susilowarno (2007),
limbah adalah sisa atau hasil sampingan dari kegiatan manusia dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya.Limbah ini dapat berupa cair, padat, dan gas.
Limbah cair menurut PP RI No. 82 tahun 2001 adalah sisa/buangan dari suatu
usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair tersebut dapat berasal
dari domestik dan industri. Limbah cair ini dapat diolah melalui proses tahapan
yang beragam sesuai dengan kandungan polutan yang terkandung. Perbedaan kandungan
polutan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula.Proses pengolahan
limbah cair dapat diolah menggunakan teknologi yang dapat dilakukan secara
fisika, kimia, biologi, dan gabungan ketiganya (Ayuningtyas, 2009).
Proses pengolahan limbah cair
secara biologis merupakan proses tahapan pengolahan sekunder. Pengolahan limbah
cair secara biologi bertujuan untuk membersihkan zat-zat organik atau mengubah
zat organik yang berbahaya tersebut menjadi bentuk yang kurang/tidak berbahaya.
Dengan kata lain zat-zat organik yang terdapat dalam limbah cair dapat
digunakan kembali (Eckenfelder, 2000).
Proses pengolahan air limbah
secara biologis dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu proses biomassa tersuspensi (suspended
culture), proses biomassa melekat
(attached culture), dan lagoon/kolam. Tulisan ini akan membahas mengenai
proses pengolahan air limbah melalui proses biomassa melekat (attached
culture), yaitu Trickling filter dan Rotating Biological Contactor (RBC).
Proses-proses tersebut dapat dilakukan dalam kondisi aerobik, anaerobik, dan
kombinasi keduanya. Kondisi aerobik terdapat oksigen terlarut di dalam reaktor
air limbah, sedangkan pada kondisi anaerobik yaitu dilakukan tanpa adanya
oksigen, dan pada kondisi proses kombinasi aerob dan anaerob digunakan untuk
menghilangkan kandungan nitrogen di dalam air limbah.
2. Pengolahan Limbah
a.
Prinsip Proses Sistem Biofilm
Gambar 1. Klasifikasi Cara Pengolahan Air Limbah
dengan Proses fil Mikro-biologis (Biofilm).
Suatu sistem biofilm yang terdiri
dari medium penyangga, lapisan biofilm yang melekat pada medium, lapisan air
limbah dan lapisan udara yang terletak diluar. Suplay oksigen pada lapisan
biofilm pada sistem ini dengan aliran balik udara sedangkan pada sistem
biofilter tercelup dengan menggunakan blower udara atau pompa sirkulasi. Jika
lapisan mikrobiologis cukup tebal, maka pada bagian luar lapisan mikrobiologis
akan berada dalam kondisi aerobik sedangkan pada bagian dalam biofilm yang
melekat pada medium akan berada dalam kondisi anaerobik. Pada kondisi anaerobik
akan terbentuk gas H2S, dan jika konsentrasi oksigen terlarut cukup besar maka
gas H2S yang terbentuk tersebut akan diubah menjadi sulfat (SOa) oleh bakteri
sulfat yang ada di dalam biofilm.
Gambar 2. Mekanisme Proses Metabolisme didalam Proses
dengan Sistem Biofilm.
Pada zona aerobik
nitrogen-ammonium akan diubah menjadi nitrit dan nitrat. Selanjutnya pada zona
anaerobik nitrat yang terbentuk mengalami proses denitrifikasi menjadi gas
nitrogen. Oleh karena di dalam sistem biofilm terjadi kondisi anaerobik dan
aerobik pada saat yang bersamaan maka dengan sistem tersebut maka proses
penghilangan senyawa nitrogen menjadi lebih mudah.
Ø Keunggulan
Proses Biofilm yaitu:
a.
Pengoperasiannya
mudah.
b.
Lumpur
yang dihasilkan sedikit.
c.
Dapat
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun
konsentrasi tinggi.
d.
Tahan
terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi.
e.
Pengaruh
penurunan suhu terhadap elisiensi pengolahan kecil.
Gambar 3. Mekanisme Penghilangan Amonia
dalam Proses Biofilter.
b.
Prinsip Proses Sistem Trickling
Filter
Proses pengolahan Trickling
Filter air limbah adalah proses pengolahan dengan cara menyebarkan air limbah
ke dalam suatu tumpukan atau unggun media yang terdiri dari bahan batu pecah,
bahan keramik, sisa tanur, medium dari bahan plastik atau lainnya. Pada sistem
Trickling Filter ini mikroorganisme berkembangbiak dan menempel pada permukaan
media penyangga.
Gambar 4. Mekanisme Penghilang Amonia
dalam Proses Tricking Filter.
Ø Tiga
jenis dasar Trickling filter yang digunakan untuk:
1.
Pengolahan
limbah perumahan atau pedesaan kecil individu.
2.
Sistem
terousat untuk pengolahan limbah kota.
3.
Sistem
diterapkan pada pengolahan limbah industri.
Ø Kekurangan
proses trickling filter yaitu:
Ø
1. Sering timbul lalat dan bau yang
berasal dari reaktor.
2. Sering terjadi pengelupasan
lapisan biofilm dalam jumlah yang besar akibat
2.perubahan beban hidrolik atau
beban organik sehingga lapisan biofilm bagian dalam kurang oksigen dan suasana
berubah menjadi asam.
Gambar
5. Alat Trickling Filter
Ø Solusi:
Dilakukan dengan cara menurunkan
debit air limbah yang masuk ke dalam reaktor atau dengan cara melakukan aerasi
di dalam bak ekualisasi untuk menaikkan kensentrasi oksigen terlarut.
c.
Reaktor Biologis Putar (RBC)
Ø Prinsip
Pengolahan
RBC (Rotating Biological Contactor)
merupakan adaptasi pengolahan air limbah dengan biakan melekat (attached
grouwth).
·
Media
yang digunakan piring (disk) tipis dari baja, dengan d=2-4 m, tebal 0,8 mm.
·
Disk
dilekatkan pada poros baja dengan P=8 m.
·
Poros
kemudian diletakan dalam tangki/ bak reaktor RBC secara seri/ paralel sesuai
tujuan menjadi satu modul.
·
Modul
diputar, hingga permukaan media secara bergantian tercelup ke dalam air limbah
dan berada di atas permukaan air limbah (udara).
·
Mikroorganisme
akan tumbuh dengan sendirinya. Mikroorganisme ini mengambil makanan dari air
limbah dan oksigen dari udara.
·
Tebal
biofilm pada permukaan media mencapai 2-4mm bergantung beban organik dalam
reaktor dan kecepatan putaran.
·
Beban
organik yang besar menyebabkan kondisi anaerob, untuk mencapai nitrifikasi
sempurna, dalam bak dipasang injeksi udara.
·
RBC masih tergolong baru, umumnya digunakan
untuk pengolahan limbah domestik atau perkotaan.
·
Ø Prinsip
Kerja
Prinsip kerja pengolahan air
limbah dengan RBC yaitu air limbah yang mengandung polutan organik dikontakkan
dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang melekat pada permukaan
media di dalam reaktor. Media tempat melekatnya film biologis ini membentuk
suatu modul, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam keadaan
tercelup sebagian ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam
reaktor tersebut.
Mikro-organisme misalnya bakteri,
alga, protozoa, fungi, dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang
berputar membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikro-organisme yang disebut
biofilm (lapisan biologis). Mikro-organisme akan menguraikan atau mengambil
senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil oksigen yang larut dalam air
atau dari udara untuk proses metabolismenya sehingga kandungan senyawa organic dalam
air limbah berkurang. Senyawa hasil proses metabolisme mikroorganisme ini ada
2, yaitu padatan dan gas. Gas akan tersebar ke udara melalui rongga pada medium
sedangkan padatan akan tertahan di lapisan biofilm dan terurai menjadi bentuk
yang larut dalam air.
Ø Proses
Pengolahan
Pengolahan air limbah sistem RBC
terdiri atas :
-
Bak
pemisah pasir
- Untuk
mengendapkan kotoran berupa pasir atau lumpur kasar. Kotoran yang mengambang
misalnya sampah, tertahan pada sarangan (screen) pemisah pasir tersebut.
-
Bak
pengendap awal
- Lumpur
atau padatan tersuspensi akan mengendap di bagian ini. Waktu tinggal di dalam
bak pengedap awal adalah 24 jam, dan lumpur yang telah mengendap dikumpulkan
dan dipompa ke bak pengendapan lumpur.
-
Bak
kontrol aliran
Untuk
mengontrol debit air limbah, bila melebihi kapasitas, air limbah disimpan
sementara dalam bak ini.
-
Reaktor
(RBC)
- Alat
untuk mengurangi senyawa organik dalam air limbah.
-
Bak
pengendap akhir
Untuk
mengendapkan lumpur dari RBC. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir
relatif sudah jernih. Lumpur yang mengendap di dasar bak dipompa ke bak pemekat
lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal.
-
Bak
khlorinasi
- Untuk
membunuh mikro-organisme patogen, Coli dan virus yang ada dalam air. Air limbah
sudah boleh dibuang ke badan air.
-
Unit
pengolahan lumpur
- Mengumpulkan
lumpur dari bak pengendap awal maupun bak pengendap akhir, kemudian di pekatkan
dengan cara didiamkan sekitar 25 jam, lalu lumpur yang telah pekat dipompa ke
bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan secara periodik
dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.
Gambar
6. Proses Pengolahan Air Limbah Sistem RBC.
Ø Desain
RBC
Perencanaan penggunaan RBC untuk
pengolahan limbah cair harus memperhatikan:
1. Beban BOD Surface Loading
Hubungan antara beban konsentasi
BOD inlet dan beban BOD terhadap efisiensi pemisahan BOD untuk air limbah
domestik ditunjukkan seperti pada Tabel 3, sedangkan hubungan antara beban BOD
terhadap efisiensi penghilangan BOD ditunjukkan seperti pada tabel 4.
2. Beban Hidrolik
Table 3 : Hubungan antara konsentrasi
BOD inlet dan beban BOD untuk mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90%.
Konsentrasi BOD
inlet (mg/I)
|
Beban BOD, La
(gr/m2.hari)
|
300
|
30
|
200
|
20
|
150
|
15
|
100
|
10
|
50
|
5
|
Sumber : Ebie Konio dan
Ashidate Noriatsu “Eisei Kougaku Enshu – Jousuidou to gesuido”, Morikita
Shupan,Tokyo,1992.
Table 4 : Hubungan
antara konsentrasi BOD inlet dan beban BOD untuk mendapatkan efisiensi
penghilangan BOD 90%.
Beban BOD La
(gr/m2.hari)
|
Efisisensi
penghilang BOD (%)
|
6
|
93
|
10
|
92
|
25
|
90
|
30
|
81
|
60
|
60
|
Sumber : Ebie Konio dan Ashidate
Noriatsu “Eisei Kougaku Enshu – Jousuidou to gesuido”, Morikita
Shupan,Tokyo,1992.
Beban hidrolik yang terlalu besar
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan menyebabkan mikroorganisme yang
melekat pada permukaan media mudah terkelupas.
3. Jumlah stage (tahap)
Makin banyak jumlah tahapnya
efisiensi pengolahan juga makin besar.
Kualitas air limbah di dalam tiap
tahap akan menjadi berbeda, oleh karena itu jenis mikroorganisme pada tiap tiap
tahap umumnya juga berbeda. Keanekaragaman mikroorganisme tersebut
mengakibatkan efisiensi RBC menjadi lebih besar.
4. Kecepatan putaran
Apabila kecepatan putaran lebih
besar maka transfer oksigen di udara dan di dalam air limbah akan menjadi lebih
besar, tetapi akan memerlukan energi yang lebih besar. Selain itu apabila
kecepatan putaran terlalu cepat pembentukan lapisan mikroorganisme pada
permukaan media RBC akan menjadi kurang optimal.
5. Temperatur
Sistem RBC relatif sensitif
terhadap perubahan suhu. Suhu optimal untuk proses RBC berkisar antara 15 - 40
0 C. Makin tinggi temperaturnya harga f(T) makin rendah. Korelasi temperatur
terhadap harga F(T). F (T) merupakan faktor koreksi temperatur.
Table
5. Kolerasi suhu terhadap harga F(T).
Temperature (°C)
|
F(T)
|
10
|
0.72
|
15
|
0.48
|
20
|
0.37
|
30
|
0.2
|
Ø Keunggulan
RBC
Beberapa keunggulan proses
pengolahan air limbah dengan sistem RBC antara lain:
1.
Pengoperasian
alat serta perawatannya mudah.
2.
Konsumsi
energi lebih rendah.
3.
Dapat
dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap fluktuasi beban
pengolahan.
4.
Reaksi
nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan ammonium lebih
besar.
5.
Tidak
tejadi bulking ataupun buth (foam) seperti pada proses lumput aktif.
Ø Kelemahan
RBC
Sedangkan beberapa kelemahan dari
proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC antara lain:
1. Pengontolan jumlah
mikro-organisme sulit dilakukan.
2. Sensitif terhadap perubahan
temperature.
3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air
olahan masih tinggi.
4. Dapat menimbulkan pertumbuhan
cacing rambut.
5. Kadang-kadang timbul bau yang kurang
busuk.
DAFTAR PUSTAKA
Eckenfelder
Jr. & Wesley W. 2000. Industrial
Water Pollution Control 3th ed. Singapore: Mc
Graw
Hill Book Co
Ginting,
P. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah.
Penerbit: Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Sholichin,
Moh. Tanpa tahun. Modul IV, Pengelolaan
Limbah Cair, Pengelolaan Limbah
dengan
Proses Biofilm, Trikling Filter dan RCB. Jurusan Teknik Pengairan, Universitas
Brawijaya: Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar